- Persiapan Peelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Jilid 2
- Guru, Jadilah Mercusuar Dimasa Covid-19
- Selamat Natal dan Tahun Baru 2021
- BERIKLAN DALAM RUANG WEB INFORMASI GURU DAN PENDIDIKAN PGRITABANAN.OR.ID
- Kegiatan KONKAB PGRI TABANAN Secara Virtual dan Live Streaming
- Mengenal Learning Management System & Manfaat yang Ditawarkan
- Tantangan Pendidikan Negara Agraris di Era Rovolusi Industri 4.0
- Peran Guru Zaman Sekarang dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Tantangan Pendidikan Negara Agraris di Era Rovolusi Industri 4.0
Tantangan Pendidikan Negara Agraris di Era Rovolusi
Industri 4.0
Apa
itu Revolusi Industri 4.0?
Pada
awalnya Revolusi industri 4.0 merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan
oleh ekonom asal Jerman, Profesor Klaus Schwab, dengan tujuan mengubah pola
kebiasaan manusia tentang hidup dan cara kerja. Pada tahun 2018 disebut sebagai
awal zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem cyber-physical.
Baca Lainnya :
Kini
berbagai industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas
manusia, mesin, dan data yang lebih dikenal dengan nama Internet of Things.
Apa
Tantangan Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0?
Untuk
menghadapi era revolusi industri 4.0, diperlukan pendidikan serta tenaga
pendidik yang dapat membentuk generasi kreatif, inovatif, serta kompetitif.
Sebagaimana
yang telah disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim,
bahwa untuk menjawab tantangan abad 21 harus menguasai 5 kemampuan yakni Complek
problem solving, Process Skill, Social Skill, System Skill, Cognitive Ability.
Hal
tersebut dapat dicapai dengan cara mengoptimalisasi literasi baca-tulis,
literasi numerasi dan literasi digital. Sehingga ke depan penggunaan teknologi
sebagai alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan out-put yang
dapat mengikuti atau mengubah zaman menjadi lebih baik.
Indonesia
pun perlu meningkatkan kualitas lulusan sesuai dunia kerja dan tuntutan
teknologi digital. Metode pembelajaran harus mulai beralih menjadi
proses-proses pemikiran yang visioner, termasuk mengasah kemampuan cara
berpikir kreatif dan inovatif. Hal ini diperlukan untuk menghadapi berbagai
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Indonesia
sebagai Negara Agraris
Kita
semua perlu mengingat bahwa Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Sebenarnya negara
ini diuntungkan karena dikaruniai kondisi alam yang mendukung, hamparan lahan
yang luas, keragaman hayati yang melimpah, serta beriklim tropis dimana sinar
matahari terjadi sepanjang tahun.
Sumber
daya alam seperti ini sewajarnya mampu membangkitkan Indonesia menjadi negara
yang makmur tercukupi kebutuhan pangan seluruh warganya. Oleh karena itu,
pemerintah sebaiknya mengakomodir itu semua melalui sistem pendidikan yang
sesuai corak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yakni sebagai negara
agraris.
Pendidikan
Indonesia harus bercermin pada nilai-nilai luhur Pancasila yang sebaiknya tidak
meniru-niru sistem dari negara mana pun. Pemerintah harus mempersiapkan
Kurikulum yang membuat siswa bangga jadi masyarakat negara agraris.
Bukan
kurikulum yang melanggengkan hedonisme, bukan pula kurikulum yang ingin
menjadikan kita seperti negara China, Singapura, Jerman, Korsel, dan negara
mapan lainnya. Kita adalah Indonesia, bukan mereka. Indonesia negara agraris
bukan negara industri.
Tantangan
Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0
Ironisnya,
kita lebih bangga jadi masyarakat industri dari pada menjadi masyarakat agraris
yang tanah air subur. Semua ingin menjadi pengusaha. Revolusi industri 4.0
bukan berarti tidak bagus namun lebih mengarah sesuai kondisi.
Virus
industrialisasi telah meracuni sampai ke pelosok desa. Banyak sawah yang
dijadikan destinasi wisata, ladang yang harusnya ditanami tanaman produktif
malah ditanami bunga-bunga dari plastik hanya sekedar untuk ber-swafoto (selfie).
Tidak peduli hutan gundul dan banjir siap menerjang asalkan perut tidak lapar.
Nadiem
Makarim, selaku Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, merombak hampir seluruh
sistem pendidikan yang dirasa "usang", melalui kebijakan dan
istilahnya "Merdeka Belajar". Ia berupaya bagaimana cara proses
belajar mengajar yang membahagiakan guru dan siswa.
Di
akhir tulisan ini, saya berpesan pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem
Makarim agar membuat kurikulum yang menjadikan kita bangga pada negeri ini.
Kurikulum yang membuat tidak lupa pada asal-usul kita. Bila hal tersebut
dipenuhi maka "Merdeka Belajar" akan terwujud.*